Selasa, 13 September 2011

PERAWATAN BAYI

PERAWATAN KELOMPOK USIA BAYI

Oleh : Wahyudi Hermawan

RENUNGAN

Marilah kita sejenak kembali kepada beberapa tahun silam, masa dimana pertama kali kita menghirup udara dunia ini, masa dimana kehadiran kita telah ditunggu dan dinantikan sekian lamanya oleh orang yang mencitai kita. Waktu itu orang-orang menyebut kita bayi. Pertama kali kita hadir, tak sehelaipun benang melekat di tubuh kita, kita tak punya apa-apa, Pertama kali kita hadir tubuh kita begitu lemah, rentan dan asing dengan apa yang begitu banyak ada di dunia ini. Kita tidak bisa hidup begitu saja tanpa perlakuan khusus yang tentunya akan membuat kita terlindungi.

Satu modal yang kita miliki saat itu adalah karunia terindah dari Allah SWT dimana setiap orang akan iba dan terenyuh mendengar jerit tangis kita, dan orang yang paling mengerti dan memahami kita adalah kedua orang tua kita,ibu kita dimana sebagian hidupnya telah habis untuk membimbing dan membesarkan kita. Allah telah mengetuk pintu hati keduanya dengan memperkenalkan sifat Rahman-Nya kepada mereka, sehingga mereka tidak akan tenang melihat kita sengsara, iba melihat kita menangis, dan resah jikalau kita sakt, mereka selalu memberikan yang terbaik yang mampu mereka miliki, meskipun terkadang mereka menahan penderitaan untuk berkorban demi kebahagiaan kita, kebahagiaan dari seorang anak.

Saudaraku bacalah uraian di bawah ini, dan rasakanlah bahwa hanya jiwa yang memiliki kelembutanlah yang mampu merawat seorang bayi dengan bahasa tersendiri yang telah Allah berikan. Bahasa itu ialah bahasa kasih sayang dan ketulusan.




Bayi dan disebut bayi biasanya usia : 1 bulan sampai 1 tahun

Penempatan ruang perawatan : pada bayi atau usia bermain sesuai dengan diagnosis.

Higiene

Penuhi kebutuhan mandi setiap hari.
Ganti popok prn, dengan perawatan area popok : cuci dengan air dan sabun, keringkan dengan cermat.
Gunakan salep A & D prn.
Keramas rambut 3 hari sekali dan Prn
Potonglah kukunya dengan hati-hati
Bersihkan daun telinganya tiap hari dengan hati -hati
Tidur

Tidur 16 sampai 18 jam / hari
Tidurkan pada pagi dan sore hari
Diet dan Cairan

Gunakan lembar masukan dan haluaran.
Ketahui Cairan yang diperlukan : 120 – 150 ml/kg/hari.
Ketahui kalori yang diperlukan : 115 kkal/kg/hari.
Berikan makanan yang sesuai dengan umur.
1 sampai 3 bulan.

Asi ( air susu ibu ) atau formula yang mengandung 20 kkal/oz ( 1 oz = 30 ml ) 3 sampai 6 bulan
Asi atau formula yang mengandung 20 kkal/oz.
Sari buah yang diencerkan.
Perkenalkan makanan berikut dalam urutan :
Sereal dan buah
Sayuran kuning
Sayuran hijau
Roti
Puree campuran
6 sampai 9 bulan

Formula dengan besi : 20 kkal/oz tiga kali sehari dan pada saat tidur atauasi
Air
Makanan padat : semua puree den dan sendok tiga kali/hari
Mulai dilatih dengan makanan lunak dan latihan menggunakan cangkir
Beri makanan yang dapat dipegang
9 Sampai 12 bulan ( berat badan lahir biasanya tiga kali pada 12 bulan )

Formula dengan besi 20 kkal/oz tiga kali/hari dan pada waktu tidur
Izinkan minum menggunakan cangkir dengan bantuan
Makanan padat : satu sendok penuh makanan yang dicacah 3 kali/hari
Hindari pemberian makanan yang berlebihan pada bayi ; tingkatkan latihan dengan cangkir
Hindari makanan yang berlebihan pada bayi ; masukan formula tidak boleh lebih dari 32 oz pada
periode 24 jam
Berikanlah cairan obat po melalui putting atau tekan ke dalam kedua pipi dan masukan dengan spuit oral.
Eliminasi

Catat dan deskripsikan semua defekasi pada lembar masukan dan haluaran 1 minggu sampai 3 bulan : kira – kira setiap 3 sampai 8 jam
3 bulan sampai 1 tahun : kira – kira satu sampai 3 kali/hari
Catat haluaran urine pada lembar masukan dan haluaran
Catat jumlah bila diukur Rata – rata haluaran urine 10 sampai 20 ml / jam , 240 sampai 500 ml/hari
Aktivitas

Pegang botol dan makanan padat, Berikanlah botol jika bayi mampu untukmemegang
Sediakan tempat duduk bayi dengan kursi yang tinggi untuk makan.
Sediakan mainan dapat merangsang perkembangan penglihatan, pendengaran dan perkembangan stimulasi.
Anjurkan aktivitas yang tepat dengan usia Bayi.
Pegang tangan untuk mengangkat bayi, Merangkak sekitar usia 9 bulan. Mulai menggunakan ibu jari dan jari – jari lain
untuk menggenggam, kira – kira umur 9 bulan
Jatuhkan objek dengan sengaja, supaya bayi dapat mengambilnya.
Perkembangan emosi

Berespons terhadap ekspresi bayi yang membutuhkan kehangatan, kontak fisik, kenyamanan, kontak mata, bicara, dan waktu bermain dengan lingkungan.
Selimuti saat tidur dan saat tidur siang
Libatkan orang tua sebanyak mungkin dalam perawatan bayinya.
Nyamankan bayi bila distres saat ibu pergi
Ingat bayi mulai mengenal orangtua dan takut pada orang asing.
Keamanan Lingkungan

Jaga pagar tempat tidur tinggi setiap waktu dan instruksikan orangtua melakukan hal yang sama.
Jagalah agar sprei dan sarung bantal tidak terlepas dari tempat tidur.
Jangan menyediakan mainan yang dapat dipisah – pisahkan sehingga ada kemungkinan terpisah dan tertelan atau teraspirasi.
Jangan sediakan bantal.
http://komitekeperawatanrsia.wordpress.com

KONSEP SEHAT SAKIT

KONSEP SEHAT-SAKIT

Oleh: Wahyudi Hermawan

RENUNGAN

Manusia adalah mahluk yang penuh dengan keterbatasan, dan karena keterbatasannya itu manusia akan mengenal konsep sehat dan sakit, Sehat selalu identik dengan keinginan manusia dan sakit selalu identik dengan keenganan manusia.

Meskipun sehat dan sakit apabila ditinjau dari filosofi kebutuhan manusia sepintas memiliki esensi yang sangat berbeda, tetapi ternyata Allah telah menunjukan bagaimana keadilan di tegakkan di bumi ini dengan begitu Indah dan Agungnya, sehat dan sakit adalah sesuatu yang tidak mungkin dapat dipisahkan satu sama lain, keduanya adalah pilihan hidup yang harus kita jalani sebagai seorang manusia.

Sederhananya, karena sehat dan sakit adalah pilihan hidup, maka sudah sewajarnya sebagai manusia yang menghargai hidup kita senantiasa pandai menempatkan apa yang seharusnya kita lakukan seandainya kita dihadapkan pada salah satu diantara kedua pilihan itu.

Seorang muslim sejati adalah yang mampu menerima semua kondisi yang harus dihadapinya dalam posisi dan keadaan yang sama yaitu syukur. Dia akan bersyukur memuji kebesaran Allah ketika sehat maupun sakit, dia akan menatap berjuta nikmat yang Allah berikan meskipun dia dalam keadaan sakit, dia mampu menyikapi sakit sebagai bentuk kasih sayang yang Allah berikan kepadanya…. Itulah seorang muslim sejati.

. Mereka bertanya, “Ya Rasulullah, apakah kami berobat?” Beliau menjawab, “Ya, wahai hamba-hamba Allah. Sesungguhnya Allah meletakkan penyakit dan diletakkan pula penyembuhannya, kecuali satu penyakit yaitu penyakit ketuaan (pikun)”. (HR. Ashabussunnah)

2. Allah menurunkan penyakit dan menurunkan pula obatnya, diketahui oleh yang mengetahui dan tidak akan diketahui oleh orang yang tidak mengerti. (HR. Bukhari dan Muslim)

. Agama ialah keikhlasan (kesetiaan atau loyalitas). Kami lalu bertanya, “Loyalitas kepada siapa, ya Rasulullah?” Rasulullah Saw menjawab, “Kepada Allah, kepada kitabNya (Al Qur’an), kepada rasulNya, kepada penguasa muslimin dan kepada rakyat awam.” (HR. Muslim)

Andai kita semua berdiri di atas keikhlasan, maka mungkin sehat sakit hanyalah akan menjadi istilah saja dan tidak akan lagi mengurangi nilai syukur kita kepada Allah… tidak akan mengurangi kadar kebahagiaan manusia, tidak akan mengganggu pikiran manusia…..karena apapun fase kehidupan yang dia lewati…dia selalu berfikir bahwa semua itu adalah nikmat dan tanda kebesaran Allah yang menjadi bagian dirinya sebagai mahluk yang hidup dan memiliki kehidupan. Tetapi meskipun demikian tidak ada salahnya kita mempelajari dan menyimak teori-teori tentang sehat dan sakit yang merupakan hasil dari persepsi manusia sebagai mahluk yang berbudi yang saya kutip dari karya saudaraku Iwan Purnawan, S.Kep.,Ns. semoga Allah menjadikannya manusia yang haus ilmu dan selalu mengisi hidupnya berkarya dan memberikan kemampuan terbaiknya bagi kita semua. aamin.

SEHAT -SAKIT


Pada masa lalu, sebagian besar individu dan masyarakat memandang sehat dan sakit sebagai sesuatu Hitam atau Putih. Dimana kesehatan merupakan kondisi kebalikan dari penyakit atau kondisi yang terbebas dari penyakit. Anggapan atau sikap yang sederhana ini tentu dapat diterapkan dengan mudah; akan tetapi mengabaikan adanya rentang sehat-sakit.

Pendekatan yang digunakan pada abad ke-21, sehat dipandang dengan perspektif yang lebih luas. Luasnya aspek itu meliputi rasa memiliki kekua­saan, hubungan kasih sayang, semangat hidup, jaringan dukungan sosial yang kuat, rasa berarti dalam hidup, atau tingkat kemandirian tertentu (Haber, 1994).

DEFINISI SEHAT

Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual.

Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).

Definisi WHO tentang sehat mempunyui karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang po­sitif (Edelman dan Mandle. 1994):

1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.

2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi ling­kungan internal dan eksternal.

3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.

Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektua, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.

MODEL SEHAT SAKI

1. Model Rentang Sehat-Sakit (Neuman)

Menurut Neuman (1990): ”sehat dalam suatu rentang merupakan tingkat kesejahteraan klien pada waktu tertentu , yang terdapat dalam rentang dan kondisi sejahtera yang optimal , dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi kematian yang menandakan habisnya energi total”

Jadi menurut model ini sehat adalah keadaan dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan pada lingkungan internal dan eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, inteletual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat.

Sedangkan Sakit merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya.

Karena sehat dan sakit merupakan kualitas yang relatif dan mempunyai tingkatan sehingga akan lebih akurat jika ditentukan seseuai titik-titik tertentu pada skala Rentang Sehat-Sakit.

Dengan model ini perawat dapat menentukan tingkat kesehatan klien sesuai dengan rentang sehat-sakitnya. Sehingga faktor resiko klien yang merupakan merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan dalam mengidentifikasi tingkat kesehatan klien. Faktor-faktor resiko itu meliputi variabel genetik dan psikologis.

Kekurangan dari model ini adalah sulitnya menentukan tingkat kesehatan klien sesuai dengan titik tertentu yang ada diantara dua titik ekstrim pada rentang itu (Kesejahteraan Tingkat Tinggi – Kematian). Misalnya: apakah seseorang yang mengalami fraktur kaki tapi ia mampu melakukan adaptasi dengan keterbatasan mobilitas, dianggap kurang sehat atau lebih sehat dibandingkan dengan orang yang mempunyai fisik sehat tapi mengalami depresi berat setelah kematian pasangannya.

Model ini efektif jika digunakan untuk membandingkan tingkat kesejahteraan saat ini dengan tingkat kesehatan sebelumnya. Sehingga bermanfaat bagi perawat dalam menentukan tujuan pencapaian tingkat kesehatan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

2. Model Kesejahteraan Tingkat Tinggi (Dunn)

Model yang dikembangkan oleh Dunn (1977) ini berorientasi pada cara memaksimalkan potensi sehat pada individu melalui perubahan perilaku.

Pada pendekatn model ini perawat melakukan intervnsi keperawatan yang dapat membantu klien mengubah perilaku tertentu yang mengandung resiko tinggi terhadap kesehatan

Model ini berhasil diterapkan untuk perawatan lansia, dan juga digunakan dalam keperawatan keluarga maupun komunitas.

3. Model Agen-Pejamu-Lingkungan(Leavell at all.)

Menurut pendekatan model ini tingkat sehat dan sakit individu atau kelompok ditentukan oleh hubungan dinamis antara Agen, Pejamu, dan Lingkungan

Agen :Berbagai faktor internal-eksternal yang dengan atau tanpanya dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau sakit. Agen ini bisa bersifat biologis, kimia, fisik, mekanis, atau psikososial.

à jadi Agen ini bisa berupa yang merugikan kesehatan (bakteri, stress) atau yang meningkatkan kesehatan (nutrisi, dll).

Pejamu: Sesorang atau sekelompok orang yang rentan terhadap penyakit/sakit tertentu.

Faktor pejamu antara lain: situasi atau kondisi fisik dan psikososoial yang menyebabkan seseorang yang beresiko menjadi sakit.

Misalnya: Riwayat keluarga, usia, gaya hidup dll.

Lingkungan: seluruh faktor yang ada diluar pejamu.

Lingkungan fisik: tingkat ekonomi, iklim, kondisi tempat tinggal, penerangan, kebisingan
Lingkungan sosial: Hal-hal yang berkaitan dengan interaksi sosial, misalnys: stress, konflik, kesulitan ekonomi, krisis hidup.
Model ini menyatakan bahwa sehat dan sakit ditentukan oleh interaksi yang dinamis dari ketiga variabel tersebut. Menurut Berne et al (1990) respon dapat meningkatkan kesehatan atau yang dapat merusak kesehatan berasal dari interaksi antara seseorang atau sekelompok orang dengan lingkungannya.

Selain dalam keperawatan komunitas model ini juga dikembangkan dalam teori umum tentang berbagai penyebab penyakit

4. Model Keyakinan-Kesehatan

Model Keyakinan-Kesehatan menurut Rosenstoch (1974) dan Becker dan Maiman (1975) menyatakan hubungan antara keyakinan seseorang dengan perilaku yang ditampilkan.

Model ini memberikan cara bagaimana klien akan berprilaku sehubungan dengan kesehatan mereka dan bagaimana mereka mematuhi terapi kesehatan yang diberikan.

Terdapat tiga komponen dari model Keyakinan-Kesehatan antara lain

1. Persepsi Individu tentang kerentanan dirinya terhadap suatu penyakit.

Misal: seorang klien perlu mengenal adanya pernyakit koroner melalui riwayat keluarganya, apalagi kemudian ada keluarganya yang meninggal maka klien mungkin merasakan resiko mengalami penyakit jantung.

2. Persepsi Individu terhadap keseriusan penyakit tertentu.

Dipengaruhi oleh variabel demografi dan sosiopsikologis, perasaan terancam oleh penyakit, anjuran untuk bertindak (misal: kampanye media massa, anjuran keluarga atau dokter dll)

3. Persepsi Individu tentang manfaat yang diperoleh dari tindakan yang diambil.

Seseorang mungkin mengambil tindakan preventif, dengan mengubah gaya hidup, meningkatkan kepatuhan terhadap terapi medis, atau mencari pengobatan medis.

Model ini membantu perawat memahami berbagai faktor yang dapat mempengaruhi persepsi, keyakinan, dan perilaku klien, serta membantu perawat membuat rencana perawatan yang paling efektif untuk membantu klien, memelihara dan mengembalikan kesehatan serta mencegah terjadiny penyakit

Model Peningkatan-Kesehatan (Pender)
Dikemukakan oleh Pender (1982,1993,1996) yang dibuat untuk menjadi sebuah model yang menyeimbangkan dengan model perlindungan kesehatan.

Fokus dari model ini adalah menjelaskan alasan keterlibatan klien dalam aktivitas kesehatan (kognitif-persepsi dan faktor pengubah).

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEYAKINAN DAN TINDAKAN KESEHATAN

1. Faktor Internal

a. Tahap Perkembangan
Artinya status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda.

Untuk itulah seorang tenaga kesehatan (perawat) harus mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan klien pada saat melakukan perncanaan tindakan. Contohnya: secara umum seorang anak belum mampu untuk mengenal keseriusan penyakit sehingga perlu dimotivasi untuk mendapatkan penanganan atau mengembangkan perilaku pencegahan penyakit..

b. Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap kesehatan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan tentang berbagai fungsi tubuh dan penyakit , latar belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu.

Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memehami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan sendirinya.

c. Persepsi tentang fungsi
Cara seseorang merasakan fungsi fisiknya akan berakibat pada keyakinan terhadap kesehatan dan cara melak­sanakannya. Contoh, seseorang dengan kondisi jantung yang kronik merasa bahwa tingkat kesehatan mereka berbeda dengan orang yang tidak pernah mempunyai masalah kesehatan yang berarti. Akibatnya, keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakan kesehatan pada masing-masing orang cenderung berbeda-beda. Selain itu, individu yang sudah berhasil sembuh dari penyakit akut yang parah mungkin akan mengubah keyakinan mereka terhadap kesehatan dan cara mereka melaksanakannya.

Untuk itulah perawat mengkaji tingkat kesehatan klien, baik data subjektif yiatu tentang cara klien merasakan fungsi fisiknya (tingkat keletihan, sesak na­pas, atau nyeri), juga data objektif yang aktual (seperti, tekanan darah, tinggi badan, dan bunyi paru). Informasi ini memungkinkan perawat me­rencanakan dan mengimplementasikan perawatan klien secara lebih berhasil.

d. Faktor Emosi
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakannya.

Seseorang yang mengalami respons stres dalam setiap perubahan hidupnya cenderung berespons terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara mengkhawa­tirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidu­pannya.

Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respons emosional yang kecil selama ia sakit.

Seorang individu yang tidak mampu mela­kukan koping secara emosional terhadap ancaman penya­kit mungkin akan menyangkal adanya gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan. Con­toh: seseorang dengan napas yang terengah-engah dan se­ring batuk mungkin akan menyalahkan cuaca dingin jika ia secara emosional tidak dapat menerima kemungkinan menderita penyakit saluran pernapasan. Banyak orang yang memiliki reaksi emosional yang berlebihan, yang berlawanan dengan kenyataan yang ada, sampai-sampai mereka berpikir tentang risiko menderita kanker dan akan menyangkal adanya gejala dan menolak untuk mencari pengobatan. Ada beberapa penyakit lain yang dapat lebih diterima secara emosional, sehingga mereka akan menga­kui gejala penyakit yang dialaminya dan mau mencari pengobatan yang tepat.

e. Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.

Spiritual bertindak sebagai suatu tema yang terintegrasi dalam kehidupan seseorang. Spiritual seseorang akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap kesehatan dilihat dari perspektif yang luas. Fryback (1992) menemukan hubungan kesehatan dengan keya­kinan terhadap kekuatan yang lebih besar, yang telah memberikan seseorang keyakinan dan kemampuan untuk mencintai. Kesehatan dipandang oleh beberapa orang sebagai suatu kemampuan untuk menjalani kehidupan secara utuh. Pelaksanaan perintah agama merupakan suatu cara seseorang berlatih secara spiritual.

Ada beberapa agama yang melarang penggunaan bentuk tindakan pengobatan tertentu, sehingga perawat hams memahami dimensi spiritual klien sehingga mereka dapat dilibatkan secara efektif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.

2. Faktor Eksternal

a. Praktik di Keluarga
Cara bagaimana keluarga menggunakan pelayanan kesehatan biasanya mempengaruhi cara klien dalam melaksanakan kesehatannya.

Misalnya:

Jika seorang anak bersikap bahwa setiap virus dan penyakit dapat berpotensi mejadi penyakit berat dan mereka segera mencari pengobatan, maka bisasnya anak tersebut akan malakukan hal yang sama ketika mereka dewasa.
Klien juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan pencegahan jika keluarganya melakukan hal yang sama. Misal: anak yang selalu diajak orang tuanya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, maka ketika punya anak dia akan melakukan hal yang sama.
b. Faktor Sosioekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya.

Variabel psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja.

Sesorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya.

c. Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu, termasuk sistem pelayanan kesehatan dan cara pelaksanaan kesehatan pribadi.

Untuk perawat belum menyadari pola budaya yang berhubungan dengan perilaku dan bahasa yang digunakan.

D. SAKIT DAN PERILAKU SAKIT

Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses penyakit.

Oleh karena itu sakit tidak sama dengan penyakit. Sebagai contoh klien dengan Leukemia yang sedang menjalani pengobatan mungkin akan mampu berfungsi seperti biasanya, sedangkan klien lain dengan kanker payudara yang sedang mempersiapkan diri untuk menjalanaio operasi mungkin akan merasakan akibatnya pada dimensi lain, selain dimensi fisik.

Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang memantau tubuhnya; mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami; melakukan upaya penyembuhan; dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan.

Seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit perilaku sakit bisa berfungsi sebagai mekanisme koping.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit

Faktor Internal
Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami
Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu rutinitas kegiatan sehari-hari.

Misal: Tukang Kayu yang menderitas sakit punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa membahayakan dan mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari bantuan.

Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja orang yang takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.

Asal atau Jenis penyakit
Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan segera mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang diberikan.

Sedangkan pada penyakit kronik biasany berlangsung lama (>6 bulan) sehingga jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika penyakit kronik itu tidak dapat disembuhkan dan terapi yang diberikan hanya menghilangkan sebagian gejala yang ada, maka klien mungkin tidak akan termotivasi untuk memenuhi rencana terapi yang ada.

Faktor Eksternal
Gejala yang Dapat Dilihat
Gajala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan Perilaku Sakit.

Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah mungkin akan lebih cepat mencari pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan, karena mungkin komentar orang lain terhadap gejala bibir pecah-pecah yang dialaminya.

Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit.

Misalnya: Ada 2 orang wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun yang berasal dari dua kelompok sosial yang berbeda telah menemukan adanya benjolan pada Payudaranya saat melakukan SADARI. Kemudian mereka mendisukusikannya dengan temannya masing-masing. Teman Ny. A mungkin akan mendorong mencari pengobatan untuk menentukan apakah perlu dibiopsi atau tidak; sedangkan teman Ny. B mungkin akan mengatakan itu hanyalah benjolan biasa dan tidak perlu diperiksakan ke dokter.

Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi sehat, mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu memahami latar belakang budaya yang dimiliki klien.

Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.

Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan
Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan.

Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks dan besar dan mereka lebih suka untuk mengunjungi Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur yang rumit.

Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang bersifat peningkatan kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan, seperti seminar kesehatan, pendidikan dan pelatihan kesehatan, latihan (aerobik, senam POCO-POCO dll).

Juga menyediakan fasilitas olehraga seperti, kolam renang, lapangan Bola Basket, Lapangan Sepak Bola, dll.

Tahap-tahap Perilaku Sakit

Tahap I (Mengalami Gejala)
Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ”ada sesuatu yang salah ”
Mereka mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi belum menduga adanya diagnosa tertentu.
Persepsi individu terhadap suatu gejala meliputi: (a) kesadaran terhadap perubahan fisik (nyeri, benjolan, dll); (b) evaluasi terhadap perubahan yang terjadi dan memutuskan apakah hal tersebut merupakan suatu gejala penyakit; (c) respon emosional.
Jika gejala itu dianggap merupakan suatu gejal penyakit dan dapat mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari pertolongan.
Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat
Orang yang sakit akan melakukan konfirmasi kepada keluarga, orang terdekat atau kelompok sosialnya bahwa ia benar-benar sakit sehingga harus diistirahatkan dari kewajiban normalnya dan dari harapan terhadap perannya.
Menimbulkan perubahan emosional spt : menarik diri/depresi, dan juga perubahan fisik. Perubahan emosional yang terjadi bisa kompleks atau sederhana tergantung beratnya penyakit, tingkat ketidakmampuan, dan perkiraan lama sakit.
Seseorang awalnya menyangkal pentingnya intervensi dari pelayanan kesehatan, sehingga ia menunda kontak dengan sistem pelayanan kesehatan à akan tetapi jika gejala itu menetap dan semakin memberat maka ia akan segera melakukan kontak dengan sistem pelayanan kesehatan dan berubah menjadi seorang klien.
Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari seorang ahli, mencari penjelasan mengenai gejala yang dirasakan, penyebab penyakit, dan implikasi penyakit terhadap kesehatan dimasa yang akan datang
Profesi kesehatan mungkin akan menentukan bahwa mereka tidak menderita suatu penyakit atau justru menyatakan jika mereka menderita penyakit yang bisa mengancam kehidupannya. à klien bisa menerima atau menyangkal diagnosa tersebut.
Bila klien menerima diagnosa mereka akan mematuhi rencan pengobatan yang telah ditentukan, akan tetapi jika menyangkal mereka mungkin akan mencari sistem pelayanan kesehatan lain, atau berkonsultasi dengan beberapa pemberi pelayanan kesehatan lain sampai mereka menemukan orang yang membuat diagnosa sesuai dengan keinginannya atau sampai mereka menerima diagnosa awal yang telah ditetapkan.
Klien yang merasa sakit, tapi dinyatakan sehat oleh profesi kesehatan, mungkin ia akan mengunjungi profesi kesehatan lain sampai ia memperoleh diagnosa yang diinginkan
Klien yang sejak awal didiagnosa penyakit tertentu, terutama yang mengancam kelangsungan hidup, ia akan mencari profesi kesehatan lain untuk meyakinkan bahwa kesehatan atau kehidupan mereka tidak terancam. Misalnya: klien yang didiagnosa mengidap kanker, maka ia akan mengunjungi beberapa dokter sebagai usaha klien menghindari diagnosa yang sebenarnya.
Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)
Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)
Tahap IV (Peran Klien Dependen)
Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehingga klien bergantung pada pada pemberi pelayanan kesehatan untuk menghilangkan gejala yang ada.
Klien menerima perawatan, simpati, atau perlindungan dari berbagai tuntutan dan stress hidupnya.
Secara sosial klien diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas normalnya à semakin parah sakitnya, semakin bebas.
Pada tahap ini klien juga harus menyesuaikanny dengan perubahan jadwal sehari-hari. Perubahan ini jelas akan mempengaruhi peran klien di tempat ia bekerja, rumah maupun masyarakat.
Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara tiba-tiba, misalnya penurunan demam.
Penyembuhan yang tidak cepat, menyebabkan seorang klien butuh perawatan lebih lama sebelum kembali ke fungsi optimal, misalnya pada penyakit kronis.
Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)
Tidak semua klien melewati tahapan yang ada, dan tidak setiap klien melewatinya dengan kecepatan atau dengan sikap yang sama. Pemahaman terhadap tahapan perilaku sakit akan membantu perawat dalam mengidentifikasi perubahan-perubahan perilaku sakit klien dan bersama-sama klien membuat rencana perawatan yang efektif

E. DAMPAK SAKIT

Terhadap Perilaku dan Emosi Klien
Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal penyakit, reaksi orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain.

Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam kehidupannya akan menimbulkan sedikit perubahan perilaku dalam fungsi klien dan keluarga. Misalnya seorang Ayah yang mengalami demam, mungkin akan mengalami penurunan tenaga atau kesabaran untuk menghabiskan waktunya dalam kegiatan keluarga dan mungkin akan menjadi mudah marah, dan lebih memilih menyendiri.

Sedangkan penyakit berat, apalagi jika mengancam kehidupannya.dapat menimbulkan perubahan emosi dan perilaku yang lebih luas, seperti ansietas, syok, penolakan, marah, dan menarikd diri.

Perawat berperan dalam mengembangkan koping klien dan keluarga terhadap stress, karena stressor sendiri tidak bisa dihilangkan.

Terhadap Peran Keluarga
Setiap orang memiliki peran dalam kehidupannya, seperti pencari nafkah, pengambil keputusan, seorang profesional, atau sebagai orang tua. Saat mengalami penyakit, peran-peran klien tersebut dapat mengalami perubahan.

Perubahan tersebut mungkin tidak terlihat dan berlangsung singkat atau terlihat secara drastis dan berlangsung lama. Individu / keluarga lebih mudah beradaftasi dengan perubahan yang berlangsung singkat dan tidak terlihat.

Perubahan jangka pendek à klien tidak mengalami tahap penyesuaian yang berkepanjangan. Akan tetapi pada perubahan jangka penjang à klien memerlukan proses penyesuaian yang sama dengan ’Tahap Berduka’.

Peran perawat adalah melibatkan keluarga dalam pembuatan rencana keperawatan.

Terhadap Citra Tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang terhadap penampilan fisiknya. Beberapa penyakit dapat menimbulkan perubahan dalam penampilan fisiknya, dan klien/keluarga akan bereaksi dengan cara yang berbeda-beda terhadap perubahan tersebut.

Reaksi klien/keluarga etrhadap perubahan gambaran tubuh itu tergantung pada:

Jenis Perubahan (mis: kehilangan tangan, alat indera tertentu, atau organ tertentu)
Kapasitas adaptasi
Kecepatan perubahan
Dukungan yang tersedia.
Terhadap Konsep Diri
Konsep Diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri, mencakup bagaimana mereka melihat kekuatan dan kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

Konsep diri tidak hanya bergantung pada gambaran tubuh dan peran yang dimilikinya tetapi juga bergantung pada aspek psikologis dan spiritual diri.

Perubahan konsep diri akibat sakit mungkin bersifat kompleks dan kurang bisa terobservasi dibandingkan perubahan peran.

Konsep diri berperan penting dalam hubungan seseorang dengan anggota keluarganya yang lain. Klien yang mengalami perubahan konsep diri karena sakitnya mungkin tidak mampu lagi memenuhi harapan keluarganya, yang akhirnya menimbulkan ketegangan dan konflik. Akibatnya anggiota keluarga akan merubah interaksi mereka dengan klien.

Misal: Klien tidak lagi terlibat dalam proses pengambilan keputusan dikeluarga atau tidak akan merasa mampu memberi dukungan emosi pada anggota keluarganya yang lain atau kepada teman-temannya à klien akan merasa kehilangan fungsi sosialnya.

Perawat seharusnya mampu mengobservasi perubahan konsep diri klien, dengan mengembangkan rencana perawatan yann membantu mereka menyesuaikan diri dengan akibat dan kondisi yang dialami klien.

Terhadap Dinamika Keluarga
Dinamika Keluarga meruapakan proses dimana keluarga melakukan fungsi, mengambil keputusan, memberi dukungan kepada anggota keluarganya, dan melakukan koping terhadap perubahan dan tantangan hidup sehari-hari.

Misal: jika salah satu orang tua sakit maka kegiatan dan pengambilan keputusan akan tertunda sampai mereka sembuh.

Jika penyakitnya berkepanjangan, seringkali keluarga harus membuat pola fungsi yang baru sehingga bisa menimbulkan stress emosional.

Misal: anak kecil akan mengalami rasa kehilangan yang besar jika salah satu orang tuanya tidak mampu memberikan kasih sayang dan rasa aman pada mereka. Atau jika anaknya sudah dewasa maka seringkali ia harus menggantikan peran mereka sebagai mereka termasuk kalau perlu sebagai pencari nafkah.

F. PENINGKATAN KESEHATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT

Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit merupakan dua konsep yang berhubungan erat dan pada pelaksanaannya ada beberapa hal yang menjadi saling tumpang tindih satu sama lain.

Persamaannya

Keduanya berorientasi pada masa depan.

Peningkatan kesehatan merupakan upaya memelihara atau memperbaiki tingkat kesehatan klien saat ini. Sedangkan Pencegahan Penyakit merupakan upaya yang bertujuan untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan yang bersifat aktual maupun potensial.

Perbedaan

Terletak pada Motivasi dan Tujuan

Peningkatan Kesehatan memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bertindak secara positif , untuk mencapai tujuan berupa tingkat kesehatan yang stabil

Pencegahan Penyakit memberi motivasi kepada masyarakat untuk menghindari penurunan tingkat kesehatan atau fungsi

Kegiatan Peningkatan Kesehatan dapat bersifat Aktif maupun Pasif

a. Peningkatan Kesehatan Pasif

Merupakan strategi peningkatan kesehatan dimana individu akan memperoleh manfaat dari kegiatan yang dilakukan oleh orang lain tanpa harus melakukannya sendiri.

Misal: Pemberian florida pada pusat suplai Air Minum (PAM); Portifikasi pada susu dengan vitamin D.

b. Peningkatan Kesehatan Aktif

Pada strategi ini, setiap individu diberikan motivasi untuk melakukan program kesehatan tertentu.

Misal: Program Penurunan BB, dan Program pemberantasan rokok, menuntut keikutsertaan klien secara aktif.

Sedangkan Pencegahan Penyakit terdiri dari beberapa tingkatan all:

a.Pencegahan Primer

Merupakan pencegahan yang dilakukan sebelum terjadi penyakit dan gangguan fungsi, dan diberikan kepada klien yang sehat secara fisik dan mental.
Tidak bersifat tera­peutik, tidak menggunakan tindakan yang terapeutik, dan tidak menggunakan identifikasi gejala penyakit
Terdiri dari :
i. Peningkatan Kesehatan: pendidikan kesehatan, standarisasi nutrisi, perhatian terhadap perkembangan kepribadian, penyediaan perumahan sehat, skrining genetik dll
ii. Perlindungan Khusus: imunisasi, kebersihan pribadi (PHBS), sanitasi lingkungan, perlindungan tempat kerja, perlindungan kecelakaan, perlindungan karsinoge dan alergen.
b. Pencegahan Sekunder

Merupakan tindakan pencegahan yang berfokus pada individu yang meng­alami masalah kesehatan atau penyakit, dan individu yang berisiko mengalami komplikasi atau kondisi yang lebih buruk.
Pencegahan sekunder dilakukan melalui pembuatan diagnosa dan pemberian intervensi yang tepat sehingga akan mengurangi keparahan kondisi dan memungkinkan klien kembali pada kondisi kesehatan yang normal sedini mungkin.
Pencegahan komplikasi sebagian besar dilakukan di RS atau tempat pelayanan kesehatan lain yang memiliki fasilitas memadai.
Pencegahan skunder terdiri dari teknik skrining dan pengobatan penyakit pada tahap dini untuk membatasi kecacatan dengan cara menghindarkan atau menunda akibat yang ditimbulkan dari perkembangan penyakit.
c. Pencegahan Tersier

Pencegahan ini dilakukan ketika terjadi kecacatan atau ketidakmampuan yang permanen dan atau tidak dapat disembuhkan.
Pencegahan ini terdiri dari cara meminimalkan akibat penyakit atau ketidakmampuan melalui intervensi yang bertujuan untuk mencegah komplikasi dan penurunan kesehatan
Kegiatannya lebih ditujukan untuk melaksanakan rehabilitasi, dari pada pembuatan diagnosa dan tindakan penyakit.
Perawatan pada tingkat ini ditujukan untuk membantu klien mencapai tingkat fungsi setinggi mungkin, sesuai dengan keterbatasan yang ada akibat penyakit atau kecacatan.
Tingkat perawatan ini bisa disebut juga perawatan preventive, karena didalamnya terdapat tindak pencegahan terhadap kerusakan atau penurunan fungsi lebih jauh. Misal: dalam merawat orang yang Buta, disamping memaksimalkan kemampuan klien dalam aktivitas sehari-hari, juga mencegah terjadinya kecelakaan pada klien.
Kepustakaan

Potter, Patricia, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses, dan praktek/Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry; Alih Bahasa, Yasmin Asih et al. Editor edisi Bahasa indonesia, Devi Yulianti, Monica Ester. – Ed.4. – Jakarta ; EGC, 2005

Sumber-sumber lain yang relevan.
http://komitekeperawatanrsia.wordpress.com

PERAWATAN PASIEN MENINGITIS

RENUNGAN

Otak adalah salah satu organ vital manusia yang merupakan aset terbesar bagi manusia agar dapat merasakan kehidupan. Semua bagian tubuh manusia memerlukan oksigen untuk hidup tanpa terkecuali dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Dari sekian banyak bagian tubuh manusia, maka otaklah yang paling tidak bisa ditoleransi kondisinya apabila tidak mendapatkan suplai oksigen dengan baik.

Saking pentingnya posisi otak bagi kehidupan manusia, dalam kondisi tertentu bagian tubuh yang lain terkadang terpaksa harus mengalah untuk tidak mendapatkan oksigen yang dikirim dari jantung, mereka dengan sukarela mengijinkan oksigen terlebih dahulu mencukupi kebutuhan otak karena sadar bahwa lima detik otak tidak mendapatkan oksigen seorang manusia akan limbung dan jatuh pingsan, lima menit otak tidak mendapatkan kiriman oksigen maka manusia akan mati.

Oleh karena itu Allah menempatkan otak di bagian terkokoh dan terkuat agar tidak mudah cedera yaitu di dalam tulang tengkorak tidak kurang hebat di dalam tulang terkorak tempat otak berada terdapat bantalan air yang berguna untuk melindungi otak dan memberi makanan pada otak juga, air itu selalu berjumlah tetap sesuai dengan takarannya dimana dia tidak bertambah dan tidak pula berkurang. Bertambahnya adalah masalah dan berkurangnya pun masalah pula.

Tetapi sehebat-hebatnya perlindungan yang terbentuk untuk melindungi otak, tetap sajalah semuanya akan mudah bagi Allah untuk menghancurkannya, kali ini marilah kita membahas sebuah masalah tentang Meningitis….. dimana dengan mahluk yang teramat kecil saja yang menyerang meningen atau selaput yang membungkus otak, maka manusia sudah cukup menderita bahkan apabila tidak ditindaklanjuti dapat berakibat fatal yang akan mengakibatkan kematian. Cobalah simak lebih dalam apakah itu meningitis melalui uraian di bawah ini :

PENGERTIAN MENINGITIS

Meningitis adalah radang pada meningen (membrane yang mengelilingi otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau organ-organ jamur (Brunner & Suddath. 2002. hal. 2175).

Meningitis adalah suatu infeksi atau peradangan dari meningens dan jaringan saraf dalam tulang punggung disebabkan oleh bakteri, Virus, riketsia atau protozoa, yang terjadi secara akut dan kronis (Harsono 2003).

ETIOLOGI

Etiologi atau penyebab dari meningitis sebagian besar disebabkan oleh bakteri, dan selebihnya disebabkan oleh virus, parasit serta jamur. Dari hasil laporan kasus, bakteri penyebab meningitis terbanyak disebabkan oleh: Hemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis.

Adapun klasifikasi dari meningitis menurut Brunner & Suddath. 2002 yaitu: asepsis, sepsis dan tuberkulosa.

Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitits virus atau menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma, leukemia, atau darah diruang sub arachnoid.

Meningitis sepsis menunjukan meningitis yang disebabkan oleh organisme bakteri seperti meningokokus, stafilokokus atau basilus influenza.

Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basillus tuberkel.

Sedangkan menurut Ronny Yoes meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu Meningitis Serosa/ Tuberkulosa dan Meningitis Purulenta.

Meningitis Serosa/Tuberkulosa adalah radang selaput otak arachnoid dan piamater yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Myobakterium Tuberculosa. Penyebab lain seperti Virus, Toxoplasma gondhi, Ricketsia.

Meningitis Purulenta adalah radang bernanah arachnoid dan piamater yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebanya antara lain: diplococus pneumoniae, Neisseria meningitidis, Streptococcus haemolytiicus, Staphylococcus aureus,haemophilus influenzae, esherchia coli, klebsiella pneumoniae, pseudomonas aeruginosa


Penyebab meningitis pada beberapa golongan umur:

neonatus :

Escheria colli
Streptokokus beta hemolitikus
Listeria monositogenes.
anak dibawah 4 thn :

Hemofilus influenza
Meningokokus
Pneumokokus
anak diatas 4 thn & org dewasa:

Meningokokus
Pneumokokus
Beberapa keadaan yang merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya meningitis, yaitu mencakup : Infeksi jalan napas bagian atas, Otitis media, mastoiditis, Anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, Prosedur bedah saraf baru, trauma kepala, dan pengaruh immunologis.

Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah, dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyongkong perkembangan bakteri.

PATOGENESIS

Kuman dapat mencapai selaput otak dan subaraknoidea melalui:

Luka terbuka dikepala.
Penyebaran langsung dari proses infeksi ditelinga tengah dan sinus paranasalis.
Pembuluh darah pada keadaan sepsis.
Penyebaran dari abses ekstradural, abses subdural dan abses otak.
Lamina kribosa osis etmoidalis pada keadaan rinorea.
Penyebaran dari radang paru.
Penyebarn dari infeksi kulit.
PATOFISIOLOGI



Organisme (Bakteri, Virus, Jamur dll) –>

Saluran pernapasan, saluran yang menghubung ke otak. –>

Melalui aliran darah (Hematogen) menyebar ke bagian meningen –>

Menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah daerah korteks, yang dapat menyebabkan thrombus dan penurunan aliran darah serebral –>

Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis, dan hipoperfusi. –>

Meningitis

MANIFESTASI KLINIS

Menurut Brunner & Suddath. 2002. Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan tekanan intra cranial. Berupa :

Sakit kepala dan demam, adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
Perubahan tingkat kesadaran, dihubungkan dengan meningitis bakteri. Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit. Perubahan yang terjadi bergantung pada beratnya penyakit, demikian pula respon individu terhadap proses fisiologi. Manifestasi perilaku juga umum terjadi. Sesuai pengembangan penyakit, dapat terjadi letargik, tidak responsi, dan koma.
Iritasi meningen, mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali yang umumnya terlihat pada semua tipe menngitis.
Rigiditas nukal, (kaku leher) adalah tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
Tanda kernig positif; ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna.
Tanda Brudzinski: Bila leher pasien difleksikan, maka dihasilnya fleksi lutut dan pinggul; bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi, maka gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan.
Fotophobia(respon nyeri terhadap sinar) akibat iritasi syaraf-syaraf kranialis.
Kejang dan peningkatan TIK, kejang terjadi sekunder akibat area fokal kortikal yang peka. Tanda-tanda peningkatan TIK sekunder akibat eksudat purulen dan edema serebral terdiri dari perubahan karakteristik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardia), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
Adanya ruam, seperti terdapat lesi-lesi pada kulit diantaranya ruam ptekie dengan lesi purpura sampai ekimosis pada daerah yang luas.
Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10% pasien dengan meningitis meningokokus, dengan tanda-tanda septikemia; demam tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas), syok dan tanda-tanda kuagolupati intravaskular diseminata (KID). Kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan infeksi.
Organisme penyebab infeksi selalu dapat diidentifikasi melalui biakan kuman pada cairan serebrospinal dan darah. Counterimmunoelectrophoresis (CIE) digunakan secara luas untuk mendeteksi antigen bakteri pada cairan tubuh, umumnya cairan serebrospinal dan urine.
EVALUASI DIAGNOSTIK

Pada meningitis perlu dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :

Kultur darah/hidung/tenggorok/urine : Dapat mengindikasikan daerah ”pusat” infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.
Pemeriksaan antigen bakteri pada cairan otak :
MRI/skan CT : Dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.
Ronsen dada, kepala, dan sinus : Mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi kranial.
Pemeriksaan cairan otak
Cairan otak pada meningitis purulenta

Tekanan

Tekanan cairan otak meningkat diatas 180 mm H2O.

Warna

Cairan otak berwarna mulai dari keruh sampai purulen bergantung pada jumlah selnya.

Sel

Jumlah leukosit meningkat. Biasanya berjumlah 200-10.000 dan 95% terdiri dari sel PMN. Setelah pengobatan dengan antibiotika perbandingan jumlah sel MN (Mononuklear) terhadap sel PMN meningkat.

Protein

Kadar protein meningkat, biasanya diatas 75 mg/100 ml.

Klorida

Kadar klorida menurun. Kurang dari 700 mg/100 ml.

Gula

Kadar gula menurun. Biasanya kurang dari 40 mg% atau kurang dari 40% kadar gula darah yang diambil pada saat yang bersamaan

Cairan otak pada meningitis tuberkulosa.

Warna
Jernih atau santokrom.

Sel

Jumlah sel meningkat, biasanya tidak melebihi 500/mm3 dan sel mononuklear lebih banyak.

Protein

Kadar protein meningkat.
Gula

Kadar gula menurun.

Klorida
Kadar klorida menurun.
Bila didiamkan akan terbentuk pelikula yang berbentuk sarang labah-labah. Pada pemeriksaan mikroskop dan biakan akan ditemukan kuman tuberkulosis.

Cairan otak pada meningitis karena virus.
- Warna : jernih.
- Sel : Jumlah sel meningkat antara 10-1000/mm3 .
- Kadar protein normal atau naik sedikit.
- Kadar gula normal.
- Kadar klorida normal.

POTENSIAL KOMPLIKASI

- Edema serebri

- Hidrosefalus.

- Abses otak.

- Koma.

- Kejang.

- Kehilangan fungsi saraf: perubahan tingkah laku dan perkembangan motorik.

- Kehilangan pendengaran dan penglihatan.

- SIADH

- Syok

- KID

- Henti nafas.

- Kematian.

PENATALAKSANAAN MEDIS

Tentukan organisme penyebab.
Isolasi pernapasan atau ketat tegantung pada organisme.
Cairan parenteral diberikan untuk mempertahankan kebutuhan sampai masalah SIADH teratasi. Puasakan, selanjutnya beri diet dari cairan jernih sampai diet yang sesuai usia dan toleransi pasien: cairan dapat dibatasi saat diet mulai diberikan: cairan parenteral diturunkan sesuai peningkatan cairan peroral.
Masukan dan haluaran: antibiotik dosis tinggi diberikan melalui intravena untuk mengisolasi organisme (antibiotik yang mencakup spektrum luas sampai organisme dapat diisolasi).
Antipiretik
Antikonvulsan
Steroid dapat diberikan dengan maksud untuk mereduksi faktor penyebab ketulian.
Ulangi fungsi lumbal untuk mengkaji efektivitas terapi
Pengobatan Umum : tirah baring total, 5 B (Breathing, blood, braind, bowel, bladder).
Pengobatan Spesifik : pemberian antibiotik spektrum luas, segera dilakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan tekanan intrakranial beberapa jenis meningitis diharuskan pasien di isolasi di rumah.
PENCEGAHAN

Penderita diisolasi
Vaksinasi, seperti;
Vaksin meningokokus yang telah diizinkan di AS mencakup polisakarida grup A, C, W153 dan Y, dan digunakan terutama perekrutan militer. Vaksin ini mungkin menguntungkan bagi beberapa orang yang mengunjungi daerah yang mengalami epidemik penyakit meningokokus. Vaksinasi juga harus dipertimbangkan sebagai tambahan antibiotik kemoprofilaksis untuk beberapa orang yang tinggal dengan pasien yang mengalami infeksi meningokokus.

Vaksin polisakarida (Haemophilus b polysaccharide vaccine) melawan masuknya Haemophilus influenzae tipe b yang telah diizinkan penggunaannya di AS dan sekarang digunakan rutin untuk pencegahan meningitis pada pediatrik.

Diberi obat-obatan

– Untuk meningokokus diberi obat Rifampisin, sulfadiazine.

– Untuk Hemofilus influenza diberi obat, Rifampisin

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Adapun penatalaksanaan keperawatan menurut Brunner & suddath yaitu;

Pada semua tipe meningitis, status klinis pasien dan tanda-tanda vital dikaji terus menerus sesuai perubahan kesadaran yang dapat menimbulakn obstruksi jalan napas. Penemuan gas darah arteri, pemasangan selang endotrake (trakeostomi) dan penggunaan ventilasi mekanik.
Pantau tekanan arteri untuk mengkaji syok, uang mendahului gagal jantung dan pernapasan. Catat adanya vasokontriksi, sianosis yang menyebar, dan ekstremitas dingin. Demam yang tinggi diturunkan untuk menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen otak.
Penggantian cairan intravena dapat diberikan, tetapi perawatan tidak dilakukan untuk melebihi hidrasi pasien karena risiko edema sereberal.
Berat badan, elektrolit serum, volume dan berat jenis urine, dan osmolalitas urine dipantau secara ketat, dan khusunya bila dicurigai hormon sekresi antidiuretik yng tidak tepat (ADH).
Penatalaksanaan keperawatan berkelanjutan memerlukan pengkajian yang terus menerus terhadap status klinis klien, pengkajian pada TTV (Tanda-Tanda Vital), Perhatikan terhadap kebersihan kulit dan mulut, serta peningkatan dan perlindungan selama kejang saat koma.
Rabas dari hidung dan mulut dipertimbangkan infeksius. Isolasi pernapasan dianjurkan sampai 24 jam setelah mulainya terapi antibiotik.
ASUHAN KEPERAWATAN


PENGKAJIAN

Pemeriksaan fisik

Riwayat infeksi terdahulu.

- Sistem kardiovaskuler

Adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis.

Tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat (berhubung dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada pusat vasomotor). Trikardia, distrimia (pada pase akut), seperti distrimia sinus.

Sistem persarafan

Sakit kepala, parestesia (terasa kaku pada semua persyarafan yang terkena), kehilangan sensasi (kerusakan pada saraf kranial). Hipergesia (meningkatnya sensitivitas pada nyeri, timbul kejang, gangguan pada penglihatan, seperti diplopia, fotofobia, ketulian atau mungkin hipersensitif terhadap kebisingan, adanya halusinasi penciuman/sentuhan.

Status mental/tingkat kesadaran; letargi sampai kebingungan yang berat hingga koma, delusi dan halusinasi. Kehilangan memori, sulit dalam mengambil keputusan, afasia ( kesulitan dalam berkomunikasi).

Mata (ukuran/reaksi pupil); unisokor atau tidak berespon terhadap cahaya, nistagmus (bola mata bergerak-gerak terus menerus). Ptosis (kelopak mata atas jatuh). Karakteristik fasial (wajah):; perubahan pada fungsi motorik dan sensorik (saraf kranial V dan VII terkena).

Kejang umum, kejang lobus temporal. Otot mengalami hipotonia/flaksid paralisis(pada fase akut meningitis). Hemiparese atau hemiplegia. Tanda brudzinski positif dan tanda kernig positif merupakan indikasi adanya iritasi meningeal (fase akut).

Refleks tendon dalam; terganggu, babinski positif. Refleks abdominal menurun/tidak ada, refleks kremastetik hilang pada laki-laki.

Sistem pernafasan

Adanya riwayat infeksi saluran nafas atas.

Adanya ronki/mengi, takipnea dan peningkatan kerja pernapasan

Sistem muskuloskeletal

Fraktur pada tengkorak/cedera kepala.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut Susan Martin Tucker yaitu sebagai berikut:

Ketidakefektifan termolegulasi b.d proses infeksi
Nyeri: Sakit kepala b.d iritasi jaringan serebral.
Terhadap ketidakefektifan pernafasan b.d peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) dan depresi fungsi serebral.
Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan akhir di Rumah
Sebagai tambahan diagnosa keperawatan pada meningitis menurut Donggoes, Morhouse dan Geissler yaitu
Risiko tinggi terhadap infeksi b.d pemajanan orang lain terhadap pathogen.

http://komitekeperawatanrsia.wordpress.com

SAKAROTUL MAUT

SAKAROTUL MAUT

Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati, kemanapun manusia berlari dan bersembunyi, atau dia bersembunyi di balik benteng yang tebal dan kuat sekalipun, manusia tidak akan dapat menghindari kematian, kematian akan datang menjemput juga tanpa dia bisa mengelak darinya.

Hari ini, anda dan saya yang tengah merawat begitu banyaknya manusia yang tengah terbaring sakit, tergolek lemah dan tidak berdaya, pernahkan kita menyadari bahwa sebenarnya kita begitu dekatnya dengan kematian, Allah SWT begitu sayangnya kepada kita dengan setiap saat memperlihatkan bagaimana manusia berguguran dijemput oleh kematian.

Tetapi apa yang terjadi, semuanya berlalu begitu saja,….tanpa makna yang sedikitpun singgah dalam pikiran kita, seolah kita akan hidup selama-lamanya. Sahabat, coba kembali perhatikan bagaimana tanda-tanda kematian perlahan-lahan tapi pasti bermunculan pada diri kita…..dulu ketika kita masih kecil, rasanya kulit kita begitu mulusnya, nyaris tidak tampak lipatan sedikitpu. Sekarang coba perhatikan di dahi anda dengan seksama, coba perhatikan kantung mata anda dengan seksama, coba perhatikan rambut anda dengan seksama, coba perhatikan garis-garis halus di punggung tanggan anda dengan seksama, untuk para ibu, coba perhatikan kerutan di perut ibu dengan seksama…..adakah sesuatu yang telah berubah……

Ah.. cobalah dengan sepenggal syair dari nasyid di bawah ini, saya sendiri lupa ini nasyid siapa, tetapi kata-katanya membekas dan seperti tidak bisa saya lupakan, tetapi mudah-mudahan saya tidak salah ini adalah nasyid dari arqom yang dilantunkan oleh umam …coba simak isinya dengan seksama….

Bila Izro’il datang memanggil

Jasad terbujur di pembaringan

Seluruh tubuh akan menggigil

Sekujur badan kan kedinginan

Bila masanya insyaflah diri

Selimut putih membalut badan

Meninggalkan semua yang dikasihi

Berjuanglah hidup sepanjang zaman

Bila masanya insyaflah diri

Selimut putih membalut badan

Sadarlah diri, tahu di untung

Sebelum masa keranda di usung.

Sadarlah diri, tahu diuntung

Sebelum masa keranda di usung.

Pesannya kurang lebih adalah bahwa sudahkah kita membenahi diri kita, tidak sadarkah kita bahwa kita akan bertemu dengan suatu masa dimana kita akan dibalut oleh sehelai kain kafan putih, dan diusung di dalam keranda menuju tempat yang sunyi gelap dan sendirian, semua orang yang kita cintai, semua hal yang kita banggakan akan meninggalkan kita dan mungkin melupakan kita, semuanya terputus……hanya kita dan amal perbuatan kitalah yang selalu terhubung dengan eratnya sebagai saksi bentuk kehidupan kita di dunia.

Sahabatku para perawat yang kini dengan sentuhan kasih sayangnya telah ikhlas membantu saudaranya yang tengah menderita, tergolek lemah di pembaringan mendapatkan ujian sakit dari yang ringan hingga berat , marilah kita bertafakur membaca setiap pesan yang Allah sampaikan kepada kita, sehingga kita bisa saling mengingatkan untuk selalu mendekatkan diri kita -kepadaNya.

http://komitekeperawatanrsia.wordpress.com

PERAWATAN PASIEN GAGAL NAFAS

RENUNGAN

Dalam satu menit manusia normal menghirup udara dengan paru-parunya 12-20 kali yang tentunya akan dia dapatkan Cuma-Cuma atau gratis dari alam bebas, dalam satu jam berarti 20 X 60 kali, dalam satu hari berarti 12 X 60 X 24 kali, dalam satu bulan berarti 12 X 60 X 24 X 30 kali, dalam satu tahun berarti 12 X 60 X 24 X 30 X12.

Berapakah usia anda sekarang, jika anda ingin tahu berapa ribu kali paru-paru anda mengambil udara dari alam bebas selama hidup anda sampai saat anda membaca artikel ini silahkan hitung dengan cara 12 X 60 X 24 X 30 X 12 X usia anda.

Berat sekali kerja paru-paru kita ini ya…. Dan andai saja paru-paru ini meminta satu jam saja untuk sekedar beristirahat…..maka akan terjadi masalah dalam hidup kita….mengapa ?

Lima detik otak kekurangan oksigen = manusia pingsan

Lima menit otak kekurangan oksigen = manusia mati

Betapa lemahnya diri kita ini, dan apa sebenarnya yang dapat membuat kita sombong.

Dalam kondisi nyata, seringkali paru-paru mengalami banyak gangguan dalam melaksanakan fungsinya, dari mulai gangguan ringan berupa batuk pilek alergi, sampai dengan gangguan berat yang sering disebut gagal nafas atau distress pernafasan.

Satu hal yang harus kita syukuri hari ini adalah ….kita masih merasakan betapa segarnya udara di pagi hari, betapa bebasnya kita menghirup udara ini, indah dunia ini semakin lengkap dan terasa dengan apa yang kita miliki hari ini.

Marilah kita jaga paru-paru ini dengan sebaik-baiknya kawan.


PENGERTIAN

Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997)
Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dankarbondioksida dalam jumlah yangdapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (RS Jantung “Harapan Kita”, 2001)
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsi oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001)
PATOFISIOLOGI
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara). Pasien mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali ke keadaan asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.

Indikator gagal nafas adalah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitas vital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas.

Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal.

Pada periode post operatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.

ETIOLOGI

1. Depresi Sistem saraf pusat

Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal.

2. Kelainan neurologis primer

Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan sangat mempengaruhi ventilasi.

3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks

Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.

4. Trauma

Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar

5. Penyakit akut paru

Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengiritasi dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal nafas.

TANDA DAN GEJALA

1. Tanda

Gagal nafas total

Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.
Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi
Adanya kesulitan inflasi parudalam usaha memberikan ventilasi buatan
Gagal nafas parsial

Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan whizing.
Ada retraksi dada
2. Gejala

Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun)
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pola pernapasan yang efektif
Kriteria Hasil :

Pasien menunjukkan
• Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal
• Adanya penurunan dispneu
• Gas-gas darah dalam batas normal
Intervensi :
• Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan serta pola pernapasan.
• Kaji tanda vital dan tingkat kesasdaran setaiap jam dan prn
• Monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2 50 mmHg atau PaO2< 60 mmHg • Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi dan humidifier sesuai dengan pesanan • Pantau dan catat gas-gas darah sesuai indikasi : kaji kecenderungan kenaikan PaCO2 atau kecendurungan penurunan PaO2 • Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap 1 jam • Pertahankan tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45 derajat untuk mengoptimalkan pernapasan • Berikan dorongan utnuk batuk dan napas dalam, bantu pasien untuk mebebat dada selama batuk • Instruksikan pasien untuk melakukan pernapasan diagpragma atau bibir • Berikan bantuan ventilasi mekanik bila PaCO > 60 mmHg. PaO2 dan PCO2 meningkat dengan frekuensi 5 mmHg/jam. PaO2 tidak dapat dipertahankan pada 60 mmHg atau lebih, atau pasien memperlihatkan keletihan atau depresi mental atau sekresi menjadi sulit untuk diatasi.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pertukaran gas yang adekuat
Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan :
• Bunyi paru bersih
• Warna kulit normal
• Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan
Intervensi :
• Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia
• Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[ jam dan prn, laporkan perubahan tinmgkat kesadaran pada dokter.
• Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan kenaikan dalam PaCO2 atau penurunan dalam PaO2
• Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi, kaji perlunya CPAP atau PEEP.
• Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam
• Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan peningkatan atau penyimpangan
• Pantau irama jantung
• Berikan cairan parenteral sesuai pesanan
• Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik, steroid.
• Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan penurunan kebutuhan oksigen.

Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan pasien tidak terjadi kelebihan volume cairan
Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan:
• TTV normal
• Balance cairan dalam batas normal
• Tidak terjadi edema
Intervensi :
• Timbang BB tiap hari
• Monitor input dan output pasien tiap 1 jam
• Kaji tanda dan gejala penurunan curah jantung
• Kaji tanda-tanda kelebihan volume : edema, BB , CVP
• Monitor parameter hemodinamik
• Kolaburasi untuk pemberian cairandan elektrolit

Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu mempertahankan perfusi jaringan.
Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan
• Status hemodinamik dalam bata normal
• TTV normal
Intervensi :
• Kaji tingkat kesadaran
• Kaji penurunan perfusi jaringan
• Kaji status hemodinamik
• Kaji irama EKG
• Kaji sistem gastrointestinal

Daftar pustaka

Hudak and Gallo, (1994), Critical Care Nursing, A Holistic Approach, JB Lippincott company, Philadelpia.

Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta.

Reksoprodjo Soelarto, (1995), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara, Jakarta.

Suddarth Doris Smith, (1991), The lippincott Manual of Nursing Practice, fifth edition, JB Lippincott Company, Philadelphia.

http://komitekeperawatanrsia.wordpress.com