Selasa, 13 September 2011

PERAWATAN PASIEN MENINGITIS

RENUNGAN

Otak adalah salah satu organ vital manusia yang merupakan aset terbesar bagi manusia agar dapat merasakan kehidupan. Semua bagian tubuh manusia memerlukan oksigen untuk hidup tanpa terkecuali dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Dari sekian banyak bagian tubuh manusia, maka otaklah yang paling tidak bisa ditoleransi kondisinya apabila tidak mendapatkan suplai oksigen dengan baik.

Saking pentingnya posisi otak bagi kehidupan manusia, dalam kondisi tertentu bagian tubuh yang lain terkadang terpaksa harus mengalah untuk tidak mendapatkan oksigen yang dikirim dari jantung, mereka dengan sukarela mengijinkan oksigen terlebih dahulu mencukupi kebutuhan otak karena sadar bahwa lima detik otak tidak mendapatkan oksigen seorang manusia akan limbung dan jatuh pingsan, lima menit otak tidak mendapatkan kiriman oksigen maka manusia akan mati.

Oleh karena itu Allah menempatkan otak di bagian terkokoh dan terkuat agar tidak mudah cedera yaitu di dalam tulang tengkorak tidak kurang hebat di dalam tulang terkorak tempat otak berada terdapat bantalan air yang berguna untuk melindungi otak dan memberi makanan pada otak juga, air itu selalu berjumlah tetap sesuai dengan takarannya dimana dia tidak bertambah dan tidak pula berkurang. Bertambahnya adalah masalah dan berkurangnya pun masalah pula.

Tetapi sehebat-hebatnya perlindungan yang terbentuk untuk melindungi otak, tetap sajalah semuanya akan mudah bagi Allah untuk menghancurkannya, kali ini marilah kita membahas sebuah masalah tentang Meningitis….. dimana dengan mahluk yang teramat kecil saja yang menyerang meningen atau selaput yang membungkus otak, maka manusia sudah cukup menderita bahkan apabila tidak ditindaklanjuti dapat berakibat fatal yang akan mengakibatkan kematian. Cobalah simak lebih dalam apakah itu meningitis melalui uraian di bawah ini :

PENGERTIAN MENINGITIS

Meningitis adalah radang pada meningen (membrane yang mengelilingi otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau organ-organ jamur (Brunner & Suddath. 2002. hal. 2175).

Meningitis adalah suatu infeksi atau peradangan dari meningens dan jaringan saraf dalam tulang punggung disebabkan oleh bakteri, Virus, riketsia atau protozoa, yang terjadi secara akut dan kronis (Harsono 2003).

ETIOLOGI

Etiologi atau penyebab dari meningitis sebagian besar disebabkan oleh bakteri, dan selebihnya disebabkan oleh virus, parasit serta jamur. Dari hasil laporan kasus, bakteri penyebab meningitis terbanyak disebabkan oleh: Hemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis.

Adapun klasifikasi dari meningitis menurut Brunner & Suddath. 2002 yaitu: asepsis, sepsis dan tuberkulosa.

Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitits virus atau menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma, leukemia, atau darah diruang sub arachnoid.

Meningitis sepsis menunjukan meningitis yang disebabkan oleh organisme bakteri seperti meningokokus, stafilokokus atau basilus influenza.

Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basillus tuberkel.

Sedangkan menurut Ronny Yoes meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu Meningitis Serosa/ Tuberkulosa dan Meningitis Purulenta.

Meningitis Serosa/Tuberkulosa adalah radang selaput otak arachnoid dan piamater yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Myobakterium Tuberculosa. Penyebab lain seperti Virus, Toxoplasma gondhi, Ricketsia.

Meningitis Purulenta adalah radang bernanah arachnoid dan piamater yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebanya antara lain: diplococus pneumoniae, Neisseria meningitidis, Streptococcus haemolytiicus, Staphylococcus aureus,haemophilus influenzae, esherchia coli, klebsiella pneumoniae, pseudomonas aeruginosa


Penyebab meningitis pada beberapa golongan umur:

neonatus :

Escheria colli
Streptokokus beta hemolitikus
Listeria monositogenes.
anak dibawah 4 thn :

Hemofilus influenza
Meningokokus
Pneumokokus
anak diatas 4 thn & org dewasa:

Meningokokus
Pneumokokus
Beberapa keadaan yang merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya meningitis, yaitu mencakup : Infeksi jalan napas bagian atas, Otitis media, mastoiditis, Anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, Prosedur bedah saraf baru, trauma kepala, dan pengaruh immunologis.

Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah, dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyongkong perkembangan bakteri.

PATOGENESIS

Kuman dapat mencapai selaput otak dan subaraknoidea melalui:

Luka terbuka dikepala.
Penyebaran langsung dari proses infeksi ditelinga tengah dan sinus paranasalis.
Pembuluh darah pada keadaan sepsis.
Penyebaran dari abses ekstradural, abses subdural dan abses otak.
Lamina kribosa osis etmoidalis pada keadaan rinorea.
Penyebaran dari radang paru.
Penyebarn dari infeksi kulit.
PATOFISIOLOGI



Organisme (Bakteri, Virus, Jamur dll) –>

Saluran pernapasan, saluran yang menghubung ke otak. –>

Melalui aliran darah (Hematogen) menyebar ke bagian meningen –>

Menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah daerah korteks, yang dapat menyebabkan thrombus dan penurunan aliran darah serebral –>

Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis, dan hipoperfusi. –>

Meningitis

MANIFESTASI KLINIS

Menurut Brunner & Suddath. 2002. Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan tekanan intra cranial. Berupa :

Sakit kepala dan demam, adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
Perubahan tingkat kesadaran, dihubungkan dengan meningitis bakteri. Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit. Perubahan yang terjadi bergantung pada beratnya penyakit, demikian pula respon individu terhadap proses fisiologi. Manifestasi perilaku juga umum terjadi. Sesuai pengembangan penyakit, dapat terjadi letargik, tidak responsi, dan koma.
Iritasi meningen, mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali yang umumnya terlihat pada semua tipe menngitis.
Rigiditas nukal, (kaku leher) adalah tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
Tanda kernig positif; ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna.
Tanda Brudzinski: Bila leher pasien difleksikan, maka dihasilnya fleksi lutut dan pinggul; bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi, maka gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan.
Fotophobia(respon nyeri terhadap sinar) akibat iritasi syaraf-syaraf kranialis.
Kejang dan peningkatan TIK, kejang terjadi sekunder akibat area fokal kortikal yang peka. Tanda-tanda peningkatan TIK sekunder akibat eksudat purulen dan edema serebral terdiri dari perubahan karakteristik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardia), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
Adanya ruam, seperti terdapat lesi-lesi pada kulit diantaranya ruam ptekie dengan lesi purpura sampai ekimosis pada daerah yang luas.
Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10% pasien dengan meningitis meningokokus, dengan tanda-tanda septikemia; demam tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas), syok dan tanda-tanda kuagolupati intravaskular diseminata (KID). Kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan infeksi.
Organisme penyebab infeksi selalu dapat diidentifikasi melalui biakan kuman pada cairan serebrospinal dan darah. Counterimmunoelectrophoresis (CIE) digunakan secara luas untuk mendeteksi antigen bakteri pada cairan tubuh, umumnya cairan serebrospinal dan urine.
EVALUASI DIAGNOSTIK

Pada meningitis perlu dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :

Kultur darah/hidung/tenggorok/urine : Dapat mengindikasikan daerah ”pusat” infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.
Pemeriksaan antigen bakteri pada cairan otak :
MRI/skan CT : Dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.
Ronsen dada, kepala, dan sinus : Mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi kranial.
Pemeriksaan cairan otak
Cairan otak pada meningitis purulenta

Tekanan

Tekanan cairan otak meningkat diatas 180 mm H2O.

Warna

Cairan otak berwarna mulai dari keruh sampai purulen bergantung pada jumlah selnya.

Sel

Jumlah leukosit meningkat. Biasanya berjumlah 200-10.000 dan 95% terdiri dari sel PMN. Setelah pengobatan dengan antibiotika perbandingan jumlah sel MN (Mononuklear) terhadap sel PMN meningkat.

Protein

Kadar protein meningkat, biasanya diatas 75 mg/100 ml.

Klorida

Kadar klorida menurun. Kurang dari 700 mg/100 ml.

Gula

Kadar gula menurun. Biasanya kurang dari 40 mg% atau kurang dari 40% kadar gula darah yang diambil pada saat yang bersamaan

Cairan otak pada meningitis tuberkulosa.

Warna
Jernih atau santokrom.

Sel

Jumlah sel meningkat, biasanya tidak melebihi 500/mm3 dan sel mononuklear lebih banyak.

Protein

Kadar protein meningkat.
Gula

Kadar gula menurun.

Klorida
Kadar klorida menurun.
Bila didiamkan akan terbentuk pelikula yang berbentuk sarang labah-labah. Pada pemeriksaan mikroskop dan biakan akan ditemukan kuman tuberkulosis.

Cairan otak pada meningitis karena virus.
- Warna : jernih.
- Sel : Jumlah sel meningkat antara 10-1000/mm3 .
- Kadar protein normal atau naik sedikit.
- Kadar gula normal.
- Kadar klorida normal.

POTENSIAL KOMPLIKASI

- Edema serebri

- Hidrosefalus.

- Abses otak.

- Koma.

- Kejang.

- Kehilangan fungsi saraf: perubahan tingkah laku dan perkembangan motorik.

- Kehilangan pendengaran dan penglihatan.

- SIADH

- Syok

- KID

- Henti nafas.

- Kematian.

PENATALAKSANAAN MEDIS

Tentukan organisme penyebab.
Isolasi pernapasan atau ketat tegantung pada organisme.
Cairan parenteral diberikan untuk mempertahankan kebutuhan sampai masalah SIADH teratasi. Puasakan, selanjutnya beri diet dari cairan jernih sampai diet yang sesuai usia dan toleransi pasien: cairan dapat dibatasi saat diet mulai diberikan: cairan parenteral diturunkan sesuai peningkatan cairan peroral.
Masukan dan haluaran: antibiotik dosis tinggi diberikan melalui intravena untuk mengisolasi organisme (antibiotik yang mencakup spektrum luas sampai organisme dapat diisolasi).
Antipiretik
Antikonvulsan
Steroid dapat diberikan dengan maksud untuk mereduksi faktor penyebab ketulian.
Ulangi fungsi lumbal untuk mengkaji efektivitas terapi
Pengobatan Umum : tirah baring total, 5 B (Breathing, blood, braind, bowel, bladder).
Pengobatan Spesifik : pemberian antibiotik spektrum luas, segera dilakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan tekanan intrakranial beberapa jenis meningitis diharuskan pasien di isolasi di rumah.
PENCEGAHAN

Penderita diisolasi
Vaksinasi, seperti;
Vaksin meningokokus yang telah diizinkan di AS mencakup polisakarida grup A, C, W153 dan Y, dan digunakan terutama perekrutan militer. Vaksin ini mungkin menguntungkan bagi beberapa orang yang mengunjungi daerah yang mengalami epidemik penyakit meningokokus. Vaksinasi juga harus dipertimbangkan sebagai tambahan antibiotik kemoprofilaksis untuk beberapa orang yang tinggal dengan pasien yang mengalami infeksi meningokokus.

Vaksin polisakarida (Haemophilus b polysaccharide vaccine) melawan masuknya Haemophilus influenzae tipe b yang telah diizinkan penggunaannya di AS dan sekarang digunakan rutin untuk pencegahan meningitis pada pediatrik.

Diberi obat-obatan

– Untuk meningokokus diberi obat Rifampisin, sulfadiazine.

– Untuk Hemofilus influenza diberi obat, Rifampisin

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Adapun penatalaksanaan keperawatan menurut Brunner & suddath yaitu;

Pada semua tipe meningitis, status klinis pasien dan tanda-tanda vital dikaji terus menerus sesuai perubahan kesadaran yang dapat menimbulakn obstruksi jalan napas. Penemuan gas darah arteri, pemasangan selang endotrake (trakeostomi) dan penggunaan ventilasi mekanik.
Pantau tekanan arteri untuk mengkaji syok, uang mendahului gagal jantung dan pernapasan. Catat adanya vasokontriksi, sianosis yang menyebar, dan ekstremitas dingin. Demam yang tinggi diturunkan untuk menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen otak.
Penggantian cairan intravena dapat diberikan, tetapi perawatan tidak dilakukan untuk melebihi hidrasi pasien karena risiko edema sereberal.
Berat badan, elektrolit serum, volume dan berat jenis urine, dan osmolalitas urine dipantau secara ketat, dan khusunya bila dicurigai hormon sekresi antidiuretik yng tidak tepat (ADH).
Penatalaksanaan keperawatan berkelanjutan memerlukan pengkajian yang terus menerus terhadap status klinis klien, pengkajian pada TTV (Tanda-Tanda Vital), Perhatikan terhadap kebersihan kulit dan mulut, serta peningkatan dan perlindungan selama kejang saat koma.
Rabas dari hidung dan mulut dipertimbangkan infeksius. Isolasi pernapasan dianjurkan sampai 24 jam setelah mulainya terapi antibiotik.
ASUHAN KEPERAWATAN


PENGKAJIAN

Pemeriksaan fisik

Riwayat infeksi terdahulu.

- Sistem kardiovaskuler

Adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis.

Tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat (berhubung dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada pusat vasomotor). Trikardia, distrimia (pada pase akut), seperti distrimia sinus.

Sistem persarafan

Sakit kepala, parestesia (terasa kaku pada semua persyarafan yang terkena), kehilangan sensasi (kerusakan pada saraf kranial). Hipergesia (meningkatnya sensitivitas pada nyeri, timbul kejang, gangguan pada penglihatan, seperti diplopia, fotofobia, ketulian atau mungkin hipersensitif terhadap kebisingan, adanya halusinasi penciuman/sentuhan.

Status mental/tingkat kesadaran; letargi sampai kebingungan yang berat hingga koma, delusi dan halusinasi. Kehilangan memori, sulit dalam mengambil keputusan, afasia ( kesulitan dalam berkomunikasi).

Mata (ukuran/reaksi pupil); unisokor atau tidak berespon terhadap cahaya, nistagmus (bola mata bergerak-gerak terus menerus). Ptosis (kelopak mata atas jatuh). Karakteristik fasial (wajah):; perubahan pada fungsi motorik dan sensorik (saraf kranial V dan VII terkena).

Kejang umum, kejang lobus temporal. Otot mengalami hipotonia/flaksid paralisis(pada fase akut meningitis). Hemiparese atau hemiplegia. Tanda brudzinski positif dan tanda kernig positif merupakan indikasi adanya iritasi meningeal (fase akut).

Refleks tendon dalam; terganggu, babinski positif. Refleks abdominal menurun/tidak ada, refleks kremastetik hilang pada laki-laki.

Sistem pernafasan

Adanya riwayat infeksi saluran nafas atas.

Adanya ronki/mengi, takipnea dan peningkatan kerja pernapasan

Sistem muskuloskeletal

Fraktur pada tengkorak/cedera kepala.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut Susan Martin Tucker yaitu sebagai berikut:

Ketidakefektifan termolegulasi b.d proses infeksi
Nyeri: Sakit kepala b.d iritasi jaringan serebral.
Terhadap ketidakefektifan pernafasan b.d peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) dan depresi fungsi serebral.
Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan akhir di Rumah
Sebagai tambahan diagnosa keperawatan pada meningitis menurut Donggoes, Morhouse dan Geissler yaitu
Risiko tinggi terhadap infeksi b.d pemajanan orang lain terhadap pathogen.

http://komitekeperawatanrsia.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar